Monday, January 29, 2018

Bukan Mapala Hanya Hobi Melihat Alam Yang Indah Dari Sudut Yang Berbeda

Assalammualaikum wr.wb

Kali ini saya akan membagi pengalaman saya selama ikutin kegiatan anak mapal, tapi saya bukanlah  SISPALA ataupun MAPALA saya hanya penikmat dan pengagum alam yang begitu indah di ciptakan ALLAH SWT yang untuk kita lihat dan jaga.



Sejak SMA Saya mengagumi para pencinta alam, Mapala (Mahasiswa Pencinta Alam), petualang, dan sejenisnya. Dulu ingin sekali ikut ekstra kurikuler (ekskul) pencinta alam agar bisa naik gunung, tapi di sekolah Saya dulu nggak eksis ekskul ini. Jadi, pupuslah harapan Saya untuk bisa berkecimpung menjadi seorang Siswa Pencinta Alam (Sispala) dan tentunya mendaki gunung.

Saya tertarik untuk jadi mapala karena pasti menyenangkan bisa mendaki gunung, berpetualang menyusur hutan, camping di pantai, mengarungi jeram, memanjat tebing, dan banyak kegiatan lain yang menantang,menemukan banyak hal baru dan pastinya seru. Meskipun gagal menjadi seorang Sispala ataupun Mapala. Saya tetap suka sekali style ala pencinta alam yang cool.

Baiklah, Saya terima kenyataan bahwa Saya tidak akan pernah menjadi seorang anggota Mapala dan kemungkinan sangat kecil untuk bisa merasakan sensasi mendaki gunung dan berbagai kegiatan ekstrim lainnya (meskipun masih sedikit berharap). Apalagi mengingat kondisi fisik Saya yang sepertinya tak terlalu kuat untuk melaksanakan keinginan-keinginan yang begitu banyak di dalam otak Saya.

Bersyukurlah Saya, karena keinginan Saya itu sepertinya tak sepenuhnya diabaikan oleh Allah SWT. Ketika bahkan Saya tidak lagi terpikir tentang keinginan Saya tersebut, Allah memberi jalan saya untuk berpetualang dengan anak Mapala, yang memberikan Saya pengalaman baru dan banyak informasi yang sebelumnya tak Saya ketahui. dan pernah sesekali saya ikut dia untuk mendaki bukit-bukit dan cara saat mendaki, baik cara pasang tenda maupun membuat api.


Saya salut terhadap para pencinta alam. apalagi ketika saya melihat lasung mereka diksar di malam hari dengan suasana langit langit yang gelap, hanya ada suara jangkrik dan burung malam yang bersahut-sahutan di kejauhan dan Suasana sepi, senyap, tanpa bintang. Kabut turun perlahan-lahan, menutupi sela pepohonan yang basah oleh gerimis.

Saya Melihat mereka duduk berhimpitan dalam satu tenda yang tidak terlalu besar. Semuanya menggigil kedinginan, 9 orang peserta pendidikan dasar Mapala STIE-STMIK yang masih bertahan.


Tidak ada lagi baju yang kering. Celana dan baju mereka telah penuh lumpur karena tidak pernah diganti sejak hari pertama.  saat ini sekitar jam 11 malam 19 Januari 2018.
Bukit kaba Hari Pertama
ketika mereka sudah menurunkan barang, semua handphone, jam tangan, dan perangkat digital mereka disita bersama dengan seluruh makanan, rokok, dan alat masak dan mereka lasung di beri tugas membangun tenda mereka sendiri untuk mereka bertedu nanti, dan mereka melakukan latihan-latihan fisik seperti push up, sith up, scout jump, dll. setelah itu mereka di kasih makan dan istirahat sampai besok pagi.
Bukit kaba Hari Kedua
Pagi-pagi mereka di suruh bangun dan dibagi menjadi 3 kelompok dan masing-masing kelompok diberikan bekal beberapa potong korek api, 3 bungkus mie, 1 genggam nasi dan paci kecil untuk memasak air hangat. setelah semua kelompok sudah siap dan menghapal pengarahan dari para senior mereka pun di bawa kaki gunung, disinilah mentah, kekompokan dan fisik mereka akan di uji. setelah sampai di kaki gunung mereka di beri lagi pengarahan oleh senior mereka tata cara hidup di alam. setelah selesai mereka kami tinggalkan dan kami menuju ke kamp tempat para senior dan panitia instirahat.
walaupun mereka di tinggalkan perkelompok oleh para senior, mereka selalu di pantai bergiliran oleh para seniornya. dua jam sekali mereka di pantau dari kejauhan, bahkan hujan badai pun para senior tetap memantau kegiatan para junior nya baik itu siang hari maupun malam hari. dan sesekali para senior juga jahil, mereka membuat suara-suara aneh melemparin semak-semak untuk melihat nyali para junior.
Bukit Kaba Hari Terakhir

Di hari terakhir tepat jam 1 malam mereka masih di uji dengan materi yang selama ini mereka pelajari dan pengetahuan mereka tentang mapala, dan di pagi hari mereka di beri lagi uji cara memakai kompas dengan benar dan mencari selayer mapal mereka (ini ujian terakhir). Maaf disini saya tak mengupas secara detail tentang tata tertib masuk mapala karena privasi mereka, saya hanya orang luar yang dapat melihat, merasakan langsung sensasi diksar anak mapala yang tak pernah saya alami. setelah melihat semua itu saya sadar kenapa anak mapala sangat kompak dan royal dalam organisasi mereka.



Demikian pengalaman saya selama selama mengikuti diksar di mapala STIE-STMIK, semoga kedepannya semua mapala tambah eksis dalam mengaplikasikan organisasinya untuk menjaga kelestarian bumi ini yang sudah memburuk. Terimakasih dan Salam LESTARI

Walaikumsallam wr.wb

No comments:
Write comments

Chanel YouTube

Follow Us